Bulan puasa tahun ia carakan bermakna bagi Bojel, dkk. Pasalnya temannya Bojot nang sudah jadi orang Pontianak berlibur ke kampung asalnya di Lubuk Begak. Mereka pun malah rencana kerejaan harian. Bojot medahkan mengajakik Bojel, dkk tuk kan jogging pagi. Tapi Bojel nyeyangkan, sebab jadwal pagi mereka harus miding. Lekak miding ketinggian matahari tuk kan jogging. Disepakatilah lah mereka gara jogging subuh.
Lekak sembahyang subuh, mereka pun bersiap jogging. Tapihan kain sembahyang dan songkok pak ajinya pun dihelakannya. Asa malas nak beganti pakaian alasannya. Mereka pun jogging pakai betapih dan besongkok. Setat dari mesjid meraka pun mupuk mara berjogging. Baru nak beberapa puluh jangkaan, mereka pun diselak asuk. Encicir mereka bececak. Tak meleda ternyata sudah di tempat gelap. Di tumpuk rampuk getah tak jauh dari kuburan. Mereka senyap semua. Mupuk berjalan sambil tehinggap-hingap karena hengas tadi dikejar asuk. Tak lama kemudian Bojel ngerauk kepedau tak semenggah. Ternyata dia melihat ada api bergerak-gerak sambil terebang. Mereka pun bececak sah buluh sampai beputusan sendal.
Isuknya, semua mereka terkena demam entemuan. Mereka jerak jogging subuh.
Setelah mereka baik dari demam. Bojel, dkk bercerita di sekolahnya tentang peristiwa angker ia. Ketika sedap mereka cerita, dicelah oleh temannya bernama Cik Mat. Katanya api nang mereka liatik ia bukanlah hantu, tapi pelita orang tua Cik Mat nurih.
Bojel, dkk pun asa nyesal demam. Bagaimana dengan Bojot di Pontianak? Cerita ia menjadi cerita menakutkan selamanya.
Sumber:
Ilham Van Drie
0 comments:
Post a Comment